Spektrum

Spektrum Frekuensi 2,6 dan 3,5 GHz Jadi Kunci Percepatan 5G Indonesia

Spektrum Frekuensi 2,6 dan 3,5 GHz Jadi Kunci Percepatan 5G Indonesia
Spektrum Frekuensi 2,6 dan 3,5 GHz Jadi Kunci Percepatan 5G Indonesia

JAKARTA - Pita frekuensi 2,6 GHz dan 3,5 GHz dianggap ideal untuk mendukung pengembangan jaringan 5G di Indonesia. Direktur Eksekutif ATSI Marwan O. Baasir menyebut mid-band paling sesuai karena menyeimbangkan cakupan dan kapasitas layanan.

Meski mid-band menarik, kebutuhan low-band tetap penting. Spektrum low-band akan membantu jangkauan ke wilayah pedesaan dan pinggiran kota agar layanan 5G merata.

Marwan menekankan bahwa perencanaan spektrum harus mempertimbangkan dinamika permintaan jangka panjang. Mid-band bisa digunakan untuk layanan lain sehingga alokasi spektrum perlu strategis.

Kepastian Kebijakan Dorong Investasi Telekomunikasi

Kejelasan peta teknologi nasional menjadi faktor penting bagi investor. Dengan peta yang jelas, penggunaan spektrum dapat disesuaikan dengan karakteristik tiap wilayah tanpa meniru negara lain secara mentah.

Kepastian arah kebijakan juga menjadi fondasi penting bagi operator dalam menentukan investasi jangka panjang. Marwan menegaskan, apabila arahnya jelas, minat investasi pasti meningkat signifikan.

Selama ini, ketidakjelasan kebijakan sering membuat proses seleksi spektrum berbenturan dengan regulasi. Regulasi cenderung fokus pada penerimaan negara daripada memperkuat ekosistem industri dan kesejahteraan jangka panjang.

ATSI menilai penurunan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi menjadi kunci mendorong investasi operator. Marwan menyebut mindset menurunkan BHP akan membuat operator terdorong untuk membangun infrastruktur lebih cepat.

Dampak Capex dan Strategi Pengembangan Infrastruktur

Skema kebijakan yang menitikberatkan penerimaan negara di atas berpotensi menekan belanja modal operator. Penarikan biaya spektrum yang besar akan langsung berdampak pada kebutuhan capex, terutama pembangunan base station.

Meski demikian, tambahan capex juga membuka peluang memperluas jaringan. Dengan tambahan modal, operator bisa menambah hingga 30 ribu BTS, mempercepat penetrasi 5G ke wilayah yang lebih luas.

Saat ini, cakupan 4G di Indonesia telah mencapai 97,45% wilayah pemukiman. Namun, cakupan 5G masih terbatas, hanya menjangkau 4,44% wilayah pemukiman, menunjukkan adopsi teknologi ini masih tahap awal.

Kecepatan rata-rata mobile broadband nasional tercatat 42,85 Mbps, menempatkan Indonesia di peringkat 83 dari 112 negara global. Posisi ini masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lain seperti Singapura, Brunei, dan Malaysia yang berada di atas 150 Mbps.

Target Pemerintah dan Kebutuhan Spektrum

Pemerintah menargetkan cakupan mobile broadband mencapai 98% pada 2029. Kecepatan layanan juga diharapkan meningkat lebih dari dua kali lipat, yakni hingga 100 Mbps, melalui pengembangan 5G.

Berdasarkan studi Coleago, untuk mencapai 100 Mbps per pengguna, Indonesia membutuhkan spektrum total low-band dan mid-band antara 1.000-2.000 MHz. Jumlah ini bergantung pada kepadatan penduduk di masing-masing kota besar.

Simulasi kebutuhan spektrum kota besar menunjukkan Jakarta membutuhkan 2.000 MHz dengan kepadatan 16.000 penduduk per km². Surabaya dengan 9.000 penduduk per km² membutuhkan sekitar 1.600 MHz, sedangkan Solo membutuhkan 1.300 MHz untuk kepadatan 12.000 penduduk per km².

Saat ini, spektrum low-band yang digunakan operator hanya sekitar 92 MHz dari pita 800 MHz dan 900 MHz. Sementara spektrum mid-band yang tersedia mencapai 360 MHz dari pita 1,8 GHz, 2,1 GHz, dan 2,3 GHz.

Ke depan, pemerintah berencana membuka lelang pita frekuensi 2,6 GHz dan 700 MHz untuk mendukung jaringan 5G. Pita 700 MHz strategis untuk jangkauan luas, sementara 2,6 GHz menawarkan keseimbangan antara cakupan dan kapasitas data tinggi.

Seleksi pita frekuensi 1,4 GHz telah dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 13 Tahun 2025. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk memperluas layanan broadband dan akselerasi digital di Indonesia.

Marwan menekankan pentingnya sinergi antara regulator dan operator. Kepastian aturan, alokasi spektrum yang tepat, dan insentif investasi akan mempercepat pembangunan infrastruktur 5G secara merata.

Dengan pemanfaatan pita 2,6 GHz dan 3,5 GHz secara optimal, layanan 5G di Indonesia diharapkan mampu menjangkau lebih banyak pengguna. Investasi operator dapat meningkat karena kepastian arah regulasi dan biaya spektrum yang lebih wajar.

Selain itu, pengembangan mid-band juga membuka peluang layanan tambahan. Industri telekomunikasi dapat mengembangkan solusi IoT, smart city, dan layanan digital lainnya berbasis jaringan 5G.

Langkah strategis ini akan meningkatkan kualitas layanan dan daya saing Indonesia di era digital global. Peningkatan kecepatan internet dan jangkauan 5G diharapkan mendukung transformasi ekonomi digital nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index